Kejujuran dalam Sebuah Ilmu (Perspektif Filsafat Ilmu)

Kejujuran berasal dari kata dasar ”jujur”. Menurut KBBI Online ”jujur” bermakna: (1) lurus hati; tidak berbohong; (2) tidak curang; (3) tulus; ikhlas.
Kejujuran dalam sebuah ilmu menjadi sangat penting karena secara filsafati, ilmu menghendaki kriteria dapat dipertanggungjawabkan termasuk dalam konteks ini adalah diterapkannya kejujuran dalam suatu ilmu. Kejujuran itu tidak berbohong, tidak menyembunyikan, tidak meniru tanpa izin, tidak membajak. Dan ilmu beserta ilmuwan yang baik adalah ilmu dan ilmuwan yang tidak membohongi, tidak menyembunyikan fakta, tidak meniru tanpa izin atau membajak. Sejarah pernah mencatat bahwa kejujuran menjadi sesuatu yang sangat fatal bagi seorang Galileo Galilei. Ia dihukum mati oleh kaum gereja karena kejujuran dan usahanya dalam mempertahankan kebenaran bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Kebenaran yang disampaikan oleh Galileo Galilei ini bertentangan dengan dogma agama Kristen yang mengatakan bahwa matahari lah yang berputar mengelilingi bumi. Namun dengan kejujuran dan kebenaran yang ia pertahankan tersebut membuat namanya harum hingga sekarang, menjadikannya ilmuwan sejati lintas agama. Tak hanya Kristen yang menyimpan sejarah hidupnya, namun Islam pun menjadikan penelitiannya sebagai bukti bahwa firman Allah itu benar adanya. Kejujuran memang mutlak dimiliki oleh seorang ilmuwan sejati atau akademisi yang bergelut dalam dunia keilmuan sekalipun nyawa taruhannya. Tak jarang sesuatu yang merupakan kebenaran bagi seorang ilmuwan menjadi hal yang harus ia pertahankan dengan sekuat tenaga karena kebenaran tersebut, kejujurannya, begitu erat hubungannya dengan tanggung jawab secara moral. Kejujuran, kebenaran, ilmu dan ilmuwan sejati menjadi satu kesatuan yang jika salah satunya bermasalah maka akan mempengaruhi kredibilitas yang lain.
Dalam konteks Linguistik, dipersempit ke dalam perkuliahan mahasiswa Linguistik yang sarat dengan kegiatan menulis dan mengutip, maka kejujuran menjadi suatu hal yang bersifat academically required. Dalam menulis mahasiswa tersebut atau civitas akademika lainnya diharapkan dapat mengeluarkan ide-ide sendiri, jika harus mengutip maka ia wajib mengikuti prosedur pengutipan yang dibenarkan secara akademik. Tanpa kejujuran yang diterapkan dalam prosedur pengutipan, maka karya tulisnya bernilai tak lebih dari sebuah fotokopi dari hasil karya orang lain, tindakan negatif ini dikenal dengan istilah plagiarisme.

2 thoughts on “Kejujuran dalam Sebuah Ilmu (Perspektif Filsafat Ilmu)

Leave a comment